Anggaran Subsidi dan Kompensasi Energi Diramalkan Defisit pada Tahun Berjalan

Anggaran Subsidi dan Kompensasi Energi Diramalkan Defisit pada Tahun Berjalan

Biaya subsidi energi diperkirakan meningkat karena pelemahan nilai tukar dan penurunan produksi minyak. Pemerintah memperkirakan kenaikan ini, tetapi belum menyebutkan angka pastinya. Tahun ini, subsidi energi dianggarkan Rp186,9 triliun, meliputi subsidi BBM dan LPG sebesar Rp113,3 triliun dan subsidi listrik Rp73,6 triliun. Nilai tukar rupiah yang melemah serta penurunan produksi minyak berdampak pada biaya subsidi. Realisasi rupiah pada semester pertama 2024 mencapai Rp15.901 per dolar AS, lebih tinggi dari target APBN. Proyeksi rupiah di semester kedua juga diperkirakan lebih tinggi, berkisar Rp16 ribu hingga Rp16.200. Lifting minyak yang lebih rendah dari target APBN juga menambah beban subsidi. Realisasi lifting minyak pada semester pertama mencapai 561 ribu barel per hari, sedangkan target APBN adalah 635 ribu barel per hari. Meskipun biaya subsidi meningkat, pemerintah tetap memberikan subsidi energi untuk menjaga daya beli masyarakat. Realisasi subsidi dan kompensasi hingga Juni 2024 mencapai Rp155,7 triliun.