Dampak Boikot Anti-Israel pada Kinerja Keuangan Starbucks
**Aksi Boikot dan Masalah Bisnis Starbucks** Aksi boikot terkait konflik Israel-Palestina berdampak pada penjualan Starbucks. Protes menuntut gencatan senjata terjadi di luar gerai Starbucks di Amerika Serikat. Starbucks menyatakan tidak mendukung Israel secara finansial. Namun, seruan boikot di media sosial terus berlanjut, menyebabkan penurunan penjualan global sebesar 1,8%. Penjualan di AS merosot 3%. Selain boikot, Starbucks menghadapi masalah lain, seperti: * Kenaikan harga yang membuat pelanggan enggan * Perselisihan dengan serikat pekerja yang berdampak pada citra perusahaan * Tindakan keras Starbucks terhadap pekerja yang ingin berserikat * Isu politik yang menodai merek Starbucks CEO Starbucks, Laxman Narasimhan, mengakui penurunan penjualan dan menyebut "informasi yang keliru baru-baru ini" sebagai faktor yang memberatkan. Perusahaan berencana untuk menggairahkan bisnis melalui menu baru, layanan lebih cepat, dan promosi. Namun, para analis percaya bahwa penjualan yang menurun lebih menunjukkan kondisi perusahaan daripada ekonomi secara keseluruhan. Starbucks mungkin kehilangan daya tarik karena faktor-faktor seperti kualitas makanan yang menurun dan perubahan persepsi pelanggan. Starbucks menghadapi tantangan yang akan memakan waktu untuk diatasi, seperti krisis merek yang dihadapi Chipotle di masa lalu.