Hambatan Finansial Menghambat Pertumbuhan Komunitas Energi Berkelanjutan
Energi terbarukan berbasis komunitas di Indonesia menghadapi tantangan, seperti kurangnya pendanaan dan dampak bencana. PLTMH menjadi salah satu contoh yang mengalami kerusakan akibat bencana, karena kurangnya dana untuk perbaikan. Selain pendanaan, ada kekurangan keterampilan teknis dan manajemen, akses teknologi yang terbatas, serta pengembangan jaringan yang membutuhkan biaya besar. Kebijakan pemerintah terkait energi terbarukan juga kurang konsisten, seperti insentif yang berubah-ubah dan kuota PLTS atap yang terbatas. Meskipun menghadapi tantangan, pembangkit energi terbarukan berbasis komunitas memainkan peran penting bagi masyarakat. PLTMH di Lumajang dan Bakuhau Sumba Timur menjadi tulang punggung energi bagi komunitas. Potensi pengembangan energi terbarukan ada di berbagai daerah yang memiliki aliran irigasi, sungai, atau matahari. Studi dari Celios dan 350 Indonesia menunjukkan bahwa pembiayaan sangat penting untuk keberlanjutan pembangkit energi terbarukan berbasis komunitas. Pemerintah perlu mempertimbangkan keberhasilan mereka dalam pemberian dana bantuan.