Konflik yang Memanas: PKB dan PBNU Bersitegang di Masa Kepemimpinan Cak Imin dan Gus Yahya
**Pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)** Setelah Soeharto lengser pada 1998, PBNU menerima aspirasi untuk membentuk partai politik. PBNU membentuk 'Tim Lima' yang dipimpin Ma'ruf Amin dan 'Tim Asistensi' yang dipimpin Arifin Junaidi untuk menindaklanjuti aspirasi tersebut. Tim ini merekomendasikan tiga nama partai: Partai Nahdlatul Ummah, Partai Kebangkitan Umat, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Gus Dur memilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB dideklarasikan pada 23 Juli 1998 dan selalu lolos ke parlemen sejak Pemilu 1999. Pada Pemilu 2024, PKB memperoleh 68 kursi di DPR RI. **Hubungan PKB dan PBNU** Hubungan PKB dan PBNU mengalami pasang surut. Perbedaan pandangan terjadi sejak awal pembentukan PKB, di mana beberapa ulama NU merasa diabaikan. Pada Pilpres 2004, Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi maju sebagai cawapres, sementara PKB mendukung pasangan lain. Selama kepemimpinan Said Aqil Siroj sebagai Ketua Umum PBNU, hubungan kedua pihak membaik. Hubungan kembali memanas setelah Gus Yahya Cholil Staquf terpilih sebagai Ketua Umum PBNU. Gus Yahya menyatakan NU tidak boleh menjadi alat politik parpol mana pun, termasuk PKB. Ketegangan meningkat setelah DPR membentuk Pansus Angket Haji yang dianggap Gus Yahya bertujuan untuk menyerang NU.