Kontroversi Keselamatan Ekspresi di Era Digital: Penahanan Eksekutif Telegram Munculkan Pertanyaan Penting
Platform media sosial seperti Telegram sedang menjadi perdebatan karena kegagalannya untuk bekerja sama dengan pihak berwenang dalam mengatasi konten berbahaya. CEO Telegram, Pavel Durov, ditangkap di Prancis karena Telegram membiarkan konten berbahaya seperti ujaran kebencian dan pelecehan menyebar. Penangkapan tersebut memicu kekhawatiran bahwa negara-negara dapat menggunakan kasus ini sebagai preseden untuk memaksa platform media sosial agar mematuhi permintaan politik atau melanggar hukum. Hal ini juga dapat menyebabkan platform media sosial mengadopsi moderasi konten yang lebih ketat, berpotensi membatasi ekspresi dan informasi bebas. Telegram populer sebagai alat bagi aktivis pro-demokrasi, tetapi juga menjadi tempat berlindung bagi ekstremis dan penjahat. Uni Eropa sedang menyelidiki apakah Telegram meremehkan jumlah penggunanya untuk menghindari peraturan yang lebih ketat. Undang-Undang Layanan Digital UE (DSA) dapat digunakan untuk memaksa Telegram bekerja sama lebih baik dengan pihak berwenang dalam mengatasi konten berbahaya.