Masa Depan Demokrasi Kuwait yang Berbeda Terancam oleh Hambatan
Kuwait, yang dikenal sebagai "oase demokrasi" di Timur Tengah, mengalami kemunduran demokrasi. Emir Kuwait baru-baru ini membekukan parlemen negara tersebut untuk sementara waktu. Hal ini terjadi setelah kemacetan politik berminggu-minggu antara parlemen yang dipilih rakyat dan menteri yang dipilih kerajaan. Parlemen Kuwait memiliki kekuasaan lebih besar daripada parlemen negara Teluk lainnya, tetapi belakangan menjadi lebih agresif, menyebabkan kebuntuan politik. Emir berdalih bahwa pembekuan itu diperlukan untuk "menyelamatkan negara" dari eksploitasi demokrasi. Keluarga kerajaan dan menteri yang baru diangkat sekarang akan menjalankan tugas kenegaraan. Namun, beberapa ahli mempertanyakan apakah pembekuan ini menandai kemunduran demokrasi di Kuwait atau hanya langkah sementara untuk mengatasi kemacetan politik. Mereka mencatat bahwa Kuwait memiliki sejarah membekukan parlemen tetapi akhirnya dipulihkan. Meskipun ada kekhawatiran, beberapa warga Kuwait memahami perlunya reformasi. Mereka berharap sistem politik yang lumpuh dapat dipulihkan sambil melindungi kebebasan konstitusional. Kultur konsensus di Kuwait, yang telah ada selama berabad-abad, diyakini akan membantu negara ini mengatasi tantangan ini.