Pengaruh Kembalinya Trump pada Perhitungan Diplomatik Korea Utara
Seorang mantan diplomat Korea Utara, Ri Il Kyu, mengungkapkan bahwa Korea Utara masih melihat Trump sebagai sosok yang bisa dinegosiasikan untuk program nuklirnya. Ri juga menyatakan bahwa Korea Utara berencana memanfaatkan hubungan Trump dan Kim Jong Un untuk keuntungannya. Menurut Ri, Korea Utara tak akan pernah melucuti senjatanya, melainkan hanya mencari kesepakatan untuk membekukan program nuklirnya sebagai imbalan pencabutan sanksi AS. Namun, Ri memperingatkan bahwa ini hanya tipu daya dan akan memperkuat Korea Utara. Hubungan Korea Utara dengan Rusia baru-baru ini menguntungkan Pyongyang, karena Rusia menyediakan makanan, bahan bakar, dan teknologi militer sebagai imbalan atas amunisi untuk perang Ukraina. Ri menekankan bahwa Kim Jong Un menyadari sifat sementara hubungan ini dan tetap berharap pada AS. Ri mengungkapkan bahwa sanksi internasional telah melumpuhkan ekonomi Korea Utara, membuat kesetiaan rakyat pada rezim melemah. Masuknya konten Korea Selatan secara ilegal telah memperlihatkan kontras kehidupan kedua Korea, menimbulkan pertanyaan di kalangan warga Korea Utara. Menurut Ri, kematian Kim Jong Un tidak akan mengancam kediktatoran karena sistem kontrol yang kuat. Ri juga menepis spekulasi bahwa putri Kim, Ju Ae, akan menggantikan ayahnya sebagai pemimpin. Ri mengimbau dunia untuk terus menekan Korea Utara untuk berubah, bukan hanya berharap Kim sakit atau meninggal. Dia berharap pembelotannya dapat menginspirasi perubahan dari dalam Korea Utara, seperti kebebasan memilih pekerjaan, ketersediaan pangan, dan kebebasan berbicara.